SAVE FOREST
Restoration
and Agroforestry
Restorasi
dan Agroforestri adalah upaya untuk memulihkan elemen biologis (flora dan
fauna) dan non-biologis (tanah, iklim, topografi). Agroforestri dapat
menghasilkan biofarmasi (obat-obatan) dan bioenergi, penyerap karbon, ekowisata
dan sains, hingga layanan lingkungan. Menciptakan hasil hutan non-kayu seperti;
madu, jernang, rotan, bambu, getah, dan buah-buahan. Kegiatan ini melibatkan
banyak komunitas secara langsung, mulai dari pembebasan lahan, pembibitan
hingga penanaman dan pemeliharaan tanaman.
Restoration
and Agroforestry are efforts to restore biological (flora and fauna) and
non-biological elements (soil, climate, topography). Agroforestry can produce
biopharmaceuticals (medicines) and bioenergy, carbon sinks, ecotourism and
science, to environmental services. Creating non-timber forest products such
as; honey, jernang, rattan, bamboo, sap, and fruits. This activity involves
many communities directly, ranging from land acquisition, nurseries to planting
and maintenance of plants.
Melalui
kegiatan agroforestry diharapkan dapat meningkatkan mata pencaharian masyarakat
hutan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan mendukung
pemanfaatan lahan rendah emisi yang selaras dengan usaha perlindungan hutan,
hal ini sebagai perwujudan dari kegiatan restorasi hutan kembali setelah
mengalami konversi untuk lahan pertanian padi gunung. Agroforestry merupakan
konsep baru dalam sebuah mekanisme restorasi dimana masyarakat didorong untuk
menanam jenis tanaman buah yang berasal dari hutan hutan tropis, dengan harapan
tumbuhan ini dapat menghasilkan buah yang dapat panen hasilnya oleh masyarakat
secara musiman. Agroforestry ini tidak menggunakan mekanisme satu jenis
buah,dalam proyek ini setidaknya ada lebih dari 5 jenis yang diwajibkan dalam
sebuah lahan milik masyarakat sehingga setiap musim yang berbuah. Hasil hutan
berupa madu dan rotan memang masih
menjadi primadona namun tidak setiap tahun dapat menghasilkan sehingga
agroforestry menjadi jawaban baru dari mekanisme konservasi win-win soluntion
bersama masyarakat agar hutan tetap lestari. Proyek ini akan mendorong setiap
warga memiliki 2 hektar per kepala keluarga untuk memiliki lahan agroforestry
sehingga dalam satu kampung Merasa setidaknya ketika proyek ini berakhir ada
kurang lebih 400 hektar lahan yang berhasil
dihijaukan kembali melalui skema agroforestry.
Through agroforestry activities, it is expected to improve the livelihoods of forest communities through sustainable management of natural resources and support the use of low-emission land in harmony with forest protection efforts, this is an embodiment of forest restoration activities again after undergoing conversion to mountain rice farming. Agroforestry is a new concept in a restoration mechanism whereby communities are encouraged to plant fruit species from tropical forest forests, hoping that these plants can produce fruit that can be harvested by the community seasonally. This agroforestry does not use the mechanism of one type of fruit, in this project there are at least more than 5 species that are required in a community-owned land so that each season bears fruit. Forest products in the form of honey and rattan are indeed still excellent, but not every year can produce so that agroforestry becomes a new answer from the win-win soluntion conservation mechanism with the community so that forests remain sustainable. The project will encourage every citizen to have 2 hectares per household to own agroforestry land so that in one village Merasa at least when the project ends there are approximately 400 hectares of land that has been successfully reforested through an agroforestry scheme.
Kegiatan
Agroforestry juga diharapkan mampu mengurangi emisi dari deforestasi dan
degradasi hutan, mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca yang bermakna dan
mendukung konservasi keanekaragaman hayati di tingkat kabupaten sebagai wujud
dukungan terhadap Program Karbon Hutan Berau (PKHB). Dimana kami meyakini bahwa
kampung Merasa mampu turut andil dalam penyelamatan hutan dan mendukung
upaya-upaya skema pengurangan konversi hutan. Serta diharapkan mampu mengurangi
kegiatan pembakaran hutan sebagai dampak dari pembersihan lahan yang dilakukan
selama ini, hal ini akan selaras dengan program BPBD Kabupaten Berau dan
Provinsi Kalimantan Timur serta Kementerian Kehutanan RI dalam rangka
mengurangai kerusakan hutan akibat kebakaran.
Agroforestry
activities are also expected to be able to reduce emissions from deforestation
and forest degradation, achieve meaningful greenhouse gas emission reductions
and support biodiversity conservation at the district level as a form of
support for the Berau Forest Carbon Program (PKHB). Where we believe that the
village of Merasa is able to contribute to saving the forest and supporting
efforts to reduce forest conversion schemes. As well as being expected to
reduce forest burning activities as a result of land clearing carried out so
far, this will be in line with the BPBD program in Berau Regency and East
Kalimantan Province and the Indonesian Ministry of Forestry in order to reduce
forest damage caused by fires.